0231-635483
info@darussalambpc.com
Buntet Pesantren, Astanajapura Cirebon
blog-img
12/04/2023

Ngaji Bersama Bapa Kyai Ntus Tafsir Surat Al Insyirah

Ponpes Darussalam | Keagamaan

Darussalambpc.com - Alhamdulillah saya kembali diberi kesempatan untuk menulis kajian yang diampu oleh Kiai Tubagus Ahmad Rifqi atau yang akrab dipanggil bapak Entus. Pada kajian kali ini, beliau memilih untuk menjelaskan tafsir dari surat Al Insyirah.
Beliau menganggap surat ini sangat cocok dan sesuai untuk dikaji sebagai bekal menghadapi resesi dunia. Karena turunnya surat inipun adalah sebagai penghibur bagi Rasulullah dikala beliau begitu terpuruk. Allah menghibur dan meyakinkan beliau agar selalu optimis. 


Surat ini tergolong surat makkiyah, yang berarti merupakan surat yang turun di Makkah. Tapi isi dan kandungan di dalamnya seakan seperti surat Madaniyah,atau surat yang turun di Madinah setelah nabi hijrah. 

Latar belakang turunnya surat ini diawali dengan sebuah kejadian buruk yang menimpa nabi Muhammad. Masyarakat kafir Quraisy tak henti-hentinya mengintimidasi nabi yang saat itu hidup dengan kondisi sangat sederhana. Mereka menghina, memojokkan, mencaci maki, dan mengajak para pengikut nabi untuk meninggalkan islam. 
Dengan sombongnya para Kafir Quraisy berkata "wahai Muhamad, kembalilah saja kamu pada ajaran kami. Apapun yang kau cari, ada. Harta, makanan, kenyamanan, apapun ada"

Pernyataan Kafir Quraisy tersebut membuat hati nabi begitu sakit.

Sampai akhirnya turunlah surat Al insyirah
Ayat pertama

اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ

 Bukankah kami (Allah) telah melapangkan hatimu? (Muhammad)


Tafsir lain mengatakan الم  نلَيِّن لك قلبك؟

  Bukankah kami (Allah) telah membuat hatimu halus(toleran)?

Para ulama mengartikan  نُلَيِّن لَكَ قَلْبَك sebagai hati yang terisi hikmah dan keimanan. Hikmah sendiri maknanya adalah ilmu dan kebijakan yang transenden dan holistik.
Ini berhubungan dengan kisah yang masyhur ketika nabi mengalami suatu kejadian saat malaikat Jibril membelah dada nabi dan mensucikannya. Proses pensucian dada nabi ini disertai dengan dipenuhinya dada nabi dengan ilmu dan hikmah.

Hal ini sesuai hadits nabi 
إِذا دَخَلَ النُور فِي قَلبِ المُؤمِن اِنْشَرَحَ وانْفَسَح
Apabila hati seorang mukmin terisi oleh nur/cahaya Allah, maka jadi lapanglah hati dan hilanglah kegundahannya

Para sahabat bertanya 
"Apa yang dimaksud cahaya yang merasuk dalam hati, ya Rasulallah?"

Nabi menjawab 
التجافي عن دار الغرور والإنابة الى دار الخلود والإستعداد  للموت قبل

Ada 3 ciri seseorang yang hatinya terisi nur/cahaya Allah
1. Dia tidak terkesima dengan gemerlap kehidupan dunia
2. Hatinya selalu menghadap ke depan, ke arah masa depan kehidupan sesungguhnya, yakni Akhirat yang abadi
3. Selalu bersiap² menghadapi kematian sebelum kematian datang

Ayat ke dua surat ini 

ووضعنا عنك وزرك
"dan kami kurangi dosamu"

Lafadz وزرك juga bisa dimaknai sebagai beban. Sehingga ayat di atas bermakna "Dan kami (Allah) telah mengurangi bebanmu" 

Imam Mujahid mengartikan bahwa ayat ke dua surat ini sama maknanya dengan ghafarna lak (aku ampuni dosamu).

الذى انقض ظهرك
"Yakni beban yang memberatkan punggungmu"

Karena banyak ulama yang memaknai وزرك sebagai dosa, kemudian banyak orang bertanya apakah Rasulullah memiliki dosa yang sampai memberatkan hidupnya? Bukankah Rasulullah adalah makhluk yang ma'shum (terjaga dari dosa)?
Pertanyaan ini dijawab oleh para ulama bahwa yang dimaksud dosa di sini adalah dosa nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi nabi dan rasul. Meski sebelum diangkat menjadi nabi, Nabi Muhammad bukanlah golongan penyembah berhala, tetapi beliau hidup dalam kondisi tatanan sosial yang rusak dan beliau (seakan) membiarkan itu terjadi. Ini yang ditafsiri sebagai وزرك dalam ayat di atas. Adapun setelah beliau diangkat menjadi nabi dan rasul, tentu saja beliau ma'shum / terjaga dari melakukan dosa. 

Di ayat berikutnya Allah memberikan kabar gembira 

ورفعنا لك ذكرك
"Dan kami (Allah) luhurkan sebutanmu (Muhammad)"


Setelah Allah mengangkat beban² nabi Muhamad, mengampuni dosa²nya, kemudian Allah menjadikan nabi Muhammad makhluk dengan derajat tertinggi. Allah mengangkatnya menjadi nabi dan rasul. 
Ulama menafsiri ayat di atas dengan makna 
جعلت طاعتك طاعتي
Aku jadikan ta'at kepadamu, sama dengan taat kepadaku. 
Barang siapa yang taat kepada nabi Muhammad, maka berarti ia taat kepada Allah. 

Tafsir di atas menggambarkan betapa Allah memuliakan kedudukan nabi Muhamad luar biasa.

Pendapat yang masyhur mengenai hal ini bahwa 
لا أذكر إلا ذكرت معي
Dimanapun namaKU (Allah) disebut, pasti namamu (Muhammad) disebut.
Sayyid Abdullah bin Abbas mengatakan bahwa nama Rasulillah selalu disebut dimana-mana. Di masjid, di dalam dua kalimat syahadat, di setiap sholat. Itu tentu menunjukan betapa Allah mengangkat beliau menjadi mulia.

Ayat selanjutnya 
فإن مع العسر يسرا
"sesungguhnya dalam kesulitan, ada kemudahan"

Menurut para ulama
اي مع الفقرغنى
Dalam kefakiran, akan selalu ada kekayaan.
 اي مع الضيق ساعة
Dalam kesempitan, ada kelapangan
Dalam kesedihan, ada kebahagiaan
Dalam hal-hal yang membuat tak nyaman, ada kesenangan

Allah telah membuktikan dalam kalamnya bahwa nabi mengalami hal tersebut, yakni mendapatkan kebahagiaan setelah semua kesedihan yang terjadi. Di akhir hayatnya, Rasulullah menguasai hampir seluruh Makkah, Madinah, Yaman, Tihamah, bahkan Iraq dan Palestin. Beliau memiliki harta yang berlimpah ruah.

Ada sebuah hadits yang sesuai dengan ayat ini. Rasulullah bersabda :
لن يغلب عسر يسرين
Tidak mungkin satu kesulitan mengalahkan dua kemudahan.

Para ulama bingung apa maksud hadits di atas. 
Sampai akhirnya seorang ulama ahli ilmu gramatikal bahasa Arab, Imam Al Farro, mengatakan bahwa apabila dalam sebuah kalimat terdapat isim nakiroh yang diulang, maka isim nakiroh yang kedua itu bukan hal yang sama dengan isim nakiroh  yang pertama. Artinya, dua lafadz يسرا / _yusron_ pada ayat di atas adalah dua kemudahan yang berbeda. Sementara isim ma'rifat, jika diulang dalam satu kalimat, tetap bermakna sama. Lafadz عسر (makna: kesulitan) yang pertama maupun yang kedua, memiliki satu makna. 
Inilah penjelasan Imam Alfarro atas dawuh nabi yang mengatakan bahwa " Tidak mungkin satu kesulitan mengalahkan dua kemudahan "

Nyata benar bahwa setiap ayat dalam surat ini menjadi penghibur bagi rasulullah. Dan tentu saja juga penghibur bagi ummatnya. Sebagaimana yang sudah didawuhkan para ulama bahwa خطاب لرسول الله خطاب لأمته
Khithob Allah bagi Rasulullah, juga berlaku bagi ummatnya

Ayat selanjutnya

 فإذا فرغت فانصب

" maka apabila kau telah selesai mengerjakan ibadahmu, maka berdoalah"

والى ربك فارغب

" Dan cintailah Tuhanmu "

Dua ayat terakhir ini mengandung dorongan untuk melanjutkan ibadah fardhu dengan ibadah lainnya. Yang dimaksud dalam kata فانصب adalah perintah untuk berdoa. Berdoa setelah melakukan segala ibadah wajib. Tentu saja dorongan untuk melakukan doa ini disertai dengan perintah untuk mencintai Allah, dzat yang maha derma. 

Wallahu a'lam bisshowab

(Farah Firyal)

Bagikan Ke:

Populer